Tiga konsep yang
dikembangkan dalam teori vygotsky (Tappan,1998): (1) keahlian kognitif
anak dapat dipahami apabila di analisis dan pahami apabila dianalisis dan di
interpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi
dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat
psikologis untukmembantu dan menstraformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan
kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latarbelakag
sosiokultural. Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early
childhood ), bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk
merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa kemampuan
kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena itu karena
itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural (
Holland, dkk 2001 ). Dia percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan
nalar, melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam
masyarakat, seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada satu
kultur, konsep ketiga ini dimaksudkan mungkin berupa pelajaran menghitung
dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang berbeda, pembelajaran ini
mungkin berupa pelajaran berhitung menggunakan Batu dan jari.
Teori vygotsky
mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan
bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan
lingkungan, yang mencakup objek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang
berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan
kognitif berasal dari situasi social.
Vygotsky
mengemukakan beberapa ide tentang zone of proxsimal development (ZPD). Zone of
proximal development (ZPD) adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai
anak secara sendirian, tapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau
anak yang lebih mampu. Untuk memahami batasan ZPD anak, terdapat batasan atas,
yaitu tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat dikerjakan
anak dengan bantuan instruktur yang mampu, diharapkan pasca bantuan ini anak
tatkala melakukan tugas sudah mampu tanpa bantuan orang lain dan batas
bawah, yang dimaksud adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak
seorang diri. ZPD menurut vygotsky menunjukkan akan pentingnya pengaruh social,
terutama pengaruh instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak
( Hasse, 2001). Vygotsky member contoh cara menilai ZPD anak. Misalnkan
pada tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah 8 tahun. Menurut
vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita harus menentukan
bagaimana masing- masing anak akan berusaha menyelesaikan problem yang
dimaksudkan untuk anak yang lebih tua. Kita membantu masing-masing anak dengan
menunjukkan, mengajukan pertanyaan, dan memperkenalkan elemen awal dari solusi.
Dengan bantuan atau kerjasama dengan orang
dewasa ini, salah satu anak berasil memecahkan persoalan yang sesungguhnya
untuk level anak usia 12 tahun, sedangkan anak yang satunya memecahkan problem
untuk level anak usia 9 tahun. Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja
yang mereka capai dengan bekerjasama dengan orang dewasa akan mendefinisikan
ZPD. Jadi, ZPD melibatkan kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses
pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli
(Panofsky, 1999). Vygotsky (1987) menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan,
untuk membedakannya dengan istilah :buah” perkembangan, yang sudah dicapai anak
secara independen.
Salah satu Contoh
aplikasi konsep ZPD adalah tutorial tatap muka yang diberikan pada guru
Selandia Baru dalam program Reading Recovery. Tugas ini dimulai dengan tugas
membaca yang sudah dikenal dengan baik, kemudian pelan-pelan
memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan kemudian menyerahkan
control aktivitas kepada si anak sendiri ( Clay & Cazden dalam Santrocks,
2008 ). Scaffolding yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan. Selama sesi
pengajaran, orang yang lebih ahli ( guru atau siswa yang lebih mampu )
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja siswa yang di capai.
Ketika tugas siswa yang akan di pelajari merupakan tugas baru, maka orang yang
lebih ahli dapat menggunakan teknik intruksi langsung. Saat kemampuan sisa
meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan. Dialog merupakan alat
penting dalam teknik ini di dalam ZPD .
Didalam hal ini
vygotsky menganggap anak memmpunyai konsep yang banyak, namun tidak sistematis,
tidak teratur, dan spontan. Tatkala anak mendapatkan bimbingan dari para ahli,
mereka akan membahas konsep yang lebih sitematis, logis ,dan rasional. Bahasa
dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya
untuk berkomunkikasi saja, melainkan juga untuk merencanakan, memonitor
perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri
sendiri, dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau berbicara sendiri
(private speech).
Menurut piaget,
berbicara sendiri bersifat egosentris dan tidak dewasa tetapi menurut vygotsky
adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak kanak. Tatkala anak sering
meakukan pembicaraan batin, ia justru akan lebih kompeten secara social. Karena
anak menginternalisasikan pembicaraan egosentrisnya dalam bentuk pembicaraan
batin kemudian pembicaraan batin ini menjadi pemikiran mereka. Oleh karena itu
pembicaraa batin dapat mempresentasikan transisi awal untuk menjadi lebih
komuniktif secara social.
Pandangan vygotsky
menentang gagasan piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky mengatakan
bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal sekalipun, berbasis
social, sedangkan piaget lebih menganggap pembicaraan anak sebagai nonsosial
dan egosentris. Menurut vygotsky, ketika anak kecil bicara kepada dirinya
sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk mengatur perilaku mereka sendiri,
sedangkan piaget percaya bahwa kegiatan bicara dengan diri sendiri itu
mencerminkan ketidakdewasaan (immaturity).
Para periset menemukan bukti yang mendukung
pandangan vygotsky tentang peran positif dari private speech dalam perkembangan
anak (Winsler,Diaz & Montero, 1997). Dalam teori Vygotsky, orang lain dan
bahasa merupakan bagian peran penting dalam perkembangan kognitif seorang anak.
Teori Vygotsky merupakan pendekatan konstruktivis sosial yang menekankan
konteks sosial pembelajaran dan konstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial.
Bagi Vygotsky,
anak-anak mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial. Perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,
juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif. Menurut Vygotsky aspek
kognitif anak akan berkembang dengan sangat baik bilamana anak-anak tidak hanya
bermain melakukan eksperimen pada alat-alat mainnya tetapi juga berinteraksi
dengan orang dewasa dan teman-teman sebayanya yang memiliki pengetahuan lebih
banyak darinya. Pada saat anak bermain didampingi oleh guru yang memberikan
bimbingan lisan, bantuan fisik, dan pertanyaan-pertanyaan terbuka akan dapat
membantu anak meningkatkan keterampilan dan memperoleh pengetahuan. Demikian
pula teman sebaya yang memiliki keterampilan lebih akan membantu anak-anak
belajar melalui pemberian contoh dan percakapan.
Menurut Vygotsky, apa
yang dapat anak-anak lakukan dengan bantuan orang lain dapat memberikan
gambaran akurat tentang kemampuan anak daripada bila ia melakukannya sendiri.
Bermain dengan anak atau orang lain memberikan kesempatan pada anak untuk
menanggapi saran-saran, komentar, pertanyaan, tindakan, dan contoh-contoh dari
orang tersebut.
IMPLIKASI DALAM
PEMBELAJARAN
Pembelajaran
akan lebih efektif tatkala seorang guru mengajar dengn menggunakan teori
vygotsky sebagai landasan, bentuk pembelajaran yang dimaksud adalah :
a.
Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah
sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur mteri pembelajaran. Implikasinya
guru lebih akuat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu
selalu memberikan bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa
dapat belajar sampai tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada
batas atas.
b. Untuk mengembangkan
pembelajaran yang komunitas seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya
didalam kelas.
c.
Dalam pembelajaran seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan
tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat
mencapai keahlian pada batas atas ZPD.
Sumber
Referensi:
Crain,
W.C. (1985). Theories of Development, Concepts and Aplications 3th Edition. New
Jersey: Prentice-Hall.
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group.
Rifa’I, A., Anni C.T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group.
Rifa’I, A., Anni C.T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar