1. Biografi Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchatel, Swiss, yang berbahasa Perancis pada
9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena
hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu
teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi
adalah “the process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it
fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan.
2. Prinsip Dasar Teori Jean Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang
menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi &
psikologis ( perkembangan jiwa ). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri
sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai
mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai
kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :
1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia
luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu
tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu
dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi
penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan
kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat
kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran
bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat
perkembangan struktur kognitif.
4. Proses pengaturan diri ( ekuilibrasi )
Proses pengaturan diri dan
pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan
maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
3. Aspek Intelegensi Jean Piaget
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda
:
1. Struktur ( skemata atau schemas )
Struktur dan organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran
manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi
pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental
framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yang
dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya,
mereorganisasikannya serta mentransformasikannya ( Flavell, Miller & Miller
)
Dua hal penting yang harus diingat tentang membangun struktur
kognitif :
a. Seseorang terlibat secara aktif dalam
membangun proses.
b. Lingkungan dimana seseorang berinteraksi
penting untuk perkembangan struktural.
2. Isi ( content )
Isi adalah pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi
sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa
yang anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses
berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur dan
fungsinya, bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan
“mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3. Fungsi ( fungtion )
Yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua
organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui
proses organisasi dan adaptasi. Organisasi cenderung untuk mengintegrasi diri
dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang
penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
a. Organisme memanipulasi dunia luar dengan
cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan
asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar dan mencocokkannya ke
dalam struktur yang sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan
membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yang mereka makan menjadi bagian
dari diri mereka.
b. Organisme memodifikasi dirinya sehingga
menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika
seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan
tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk
menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di
atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin
mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
4. Teori Perkembangan Piaget
|
Periode-Periode
Perkembangan Secara Umum
|
|
|
|
|
Periode I
|
:
|
kepandaian
sensorik motorik (sejak lahir – 2 th).
|
|
|
Bayi
mengorganisasikan skema tindakan fisik seperti
|
|
|
menghisap,
|
|
|
Menggenggam
dan memukul untuk menghadapi
|
|
|
dunia yang
muncul dihadapannya.
|
Periode II
|
:
|
pikiran pra
operasional (2-7 th).
|
|
|
Anak-anak
belajar berpikir-menggunakan symbol-
|
|
|
simbol dan
|
|
|
Pencitraan batiniah-namun pikiran masih blm
|
|
|
sistematis
dan logis
|
Periode III
|
:
|
Operasi
berpikir konkret (7-11 th).
|
|
|
Anak-anak
mengembangkan kemampuan berpikir
|
|
|
sistematis,
namun hanya pada saat mengacu pada
|
|
|
objek dan
aktivitas konkret
|
Periode IV
|
:
|
Operasi
berpikir formal (11 th-dewasa)
|
|
|
Mengembangkan
kemampuan untuk berpikir
|
|
|
sistematis
dan sesuai
|
|
|
Rancangan
yang murni abstrak dan hipotetis.
|
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
1) Pengurutan
kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
2) Klasifikasi
kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
3) Decentering
anak mulai mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4) Reversibility
anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
5) Konservasi
memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme
kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka
itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap
operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.
5. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif
Piaget Dalam Pembelajaran
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila
dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai
tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget
dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau
proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban
siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan
anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam
kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made)
tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek – praktek
yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam
pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu
dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya
dengan kecepatan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar